Sivitas Akademika Prodi PAK FKIP UKI “Menyepi di Gunung”

[Bogor, VoE FKIP UKI] Terinspirasi oleh rutinitas Tuhan Yesus menyepi ke atas gunung atau bukit untuk berdoa, selama tiga hari (Kamis-Sabtu, 1-3 Juni 2017), seluruh mahasiswa, dosen dan beberapa alumni Prodi Pendidikan Agama Kristen (PAK) FKIP UKI naik ke Puncak Kana, Bogor untuk mengadakan refleksi. Ditempat berhawa sejuk dan hening itu, seluruh peserta merenung, berdiskusi, dan mengembangkan kreativitas melalui berbagai kegiatan interaktif olah raga, olah rasa dan olah rasio yang telah dipersiapkan panitia.

“Kegiatan seperti ini kami lakukan rutin setiap tahun. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada setiap warga Prodi PAK merenungkan hakikat panggilan masing-masing dan sekaligus menjalani proses recharging, “mengisi baterai” agar lebih termotivasi, lebih giat dan kreatif untuk melaksanakan panggilan dan tugas masing-masing,” ujar Pdt. Daniel Stepanus, M.Th., Kaprodi PAK FKIP UKI.

Untuk memperluas wawasan seluruh peserta, dalam kegiatan bertema “Guru PAK Profesi atau Pelayanan?” ini dihadirkan empat narasumber. Dekan FKIP UKI, Parlindungan Pardede, S.S., M.Hum., memaparkan topik “Memberdayakan Peserta Didik sebagai Garam dan Terang Peradaban.”

Kekristenan secara umum, dan Protestan secara khusus, yang diawali oleh Reformasi, dikenal sebagai kekuatan yang mengarahkan energi umat Kristen kepada perwujudan Kerajaan Kristus ke seluruh wilayah kehidupan, baik intelektual, sosial, budaya, etika, politik dan ekonomi. Protestan membebaskan Eropa, dan kemudian bagian dunia lain, dari mitos-mitos dan praktik-praktik primitif, takhayul, penjajahan, penindasan, dan bentuk-bentuk kuasa jahat lainnya. Di mana ada Kristen, di situ terjadi pencerahan, pembebasan, perdamaian, dan kesejahteraan,” papar Pak Parlin.

Dan karena Kristus mengutus kita memberitakan Kabar Baik ke seluruh bumi, termasuk guru-guru PAK harus menyiapkan diri menjadi pribadi yang siap dipakaiNya di belahan dunia manapun. “Guru PAK harus siap go-global!” imbuh beliau.

Di sesi lain, Ibu Pdt. Dra. Esther Rela Intarti, M.Th. menyoroti esensi pengembangan sinergi dikalangan pengampu kepentingan Pendidikan Agama Kristen. Jika insan-insan PAK bekerja sendiri-sendiri, kita tidak akan pernah mencapai tujuan PAK,” ucap beliau ketika memaparkan topik berjudul “Kerjasama Adalah Kunci Pencapaian PAK”.

Dalam sesi yang menjabarkan topik “Komunikasi Sebagai Media Terbaik Pencapaian PAK”, Pdt. Noh Ibrahim Boiliu, M.Th menekankan esensi pengembangan keterampilan berkomunikasi. Baik siswa, mahasiswa, ataupun guru dan dosen akan dapat menjalankan perannya dengan baik jika masing-masing memiliki kemahiran berkomunikasi yang efektif. “Tidak hanya komunikasi lisan, komunikasi tertulis yang efektif juga harus dikuasai dengan baik,” tegas beliau sambal memberikan berbagai contoh dalam kehidupan bermahasiswa.

Narasumber keempat, “Christina Metalicca Samosir, S.Pd.K., M.d.K., dengan gaya anak muda, menyampaikan topik “Ke-Muda-an Merupakan Pencapaian PAK”

Berdasarkan pengalaman pribadi, pengembangan wawasan melalui paparan para narasumber, aktifitas interaktis kreatif, refleksi dan diskusi panel yang diselenggarakan selama tiga hari itu, ditarik kesimpulan bahwa menjadi Guru PAK adalah panggilan, dan agar panggilan itu dapat dilaksanakan dengan baik, setiap Guru PAK harus terus meningkatkan profesionalismenya. Jika tugas sebagai Guru PAK dilakukan asal-asalan (tidak professional) akan sangat sulit memfasilitasi peserta didik tumbuh dalam terang Firman Allah. Sehubungan dengan itu, mahasiswa/i PAK berkewajiban untuk mempersiapkan diri menjawab panggilannya sambal terus meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.