Kiprah Goenoeng Moelia di Bidang Pendidikan dan Oikumene Indonesia

TSGMulia
T.S.G. Moelia

[Padangsidimpuan, VoE FKIP UKI] Membahas kiprah seorang tokoh besar di tanah kelahirannya sendiri bisa menimbulkan perasaan yang bercapur aduk. Itulah yang dirasakan Parlindungan Pardede sewaktu diundang oleh Pimpinan Pusat Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) menjadi narasumber dalam sebuah seminar yang diselenggrakan dalam rangka Perayaan Ulang Tahun GKPA ke42. Seminar yang dihadiri Para Pengurus Pusat GKPA, tokoh-tokoh Tapanuli Selatan. Dan perwakilan pemerintah Padangsidimpuan itu dilaksanakan pada hari Kamis,26 Oktober 2017 di Aula Kantor Pusat GKPA, Jl. Teuku Umar 102 Padangsidimpuan.

Walau sudah cukup sering berperan sebagai narasumber, undangan kali ini menimbulkan kesan tersendiri, karena topik yang diminta untuk dipaparkan adalah kiprah Goenoeng Moelia, tokoh yang lahir di Padangsidimpuan, di Bidang Pendidikan dan Gerakan Oikumene di Indonesia.

“Di satu sisi, saya senang bisa berbagi tentang “legacy” yang ditinggalkan Goenoeng Moelia. Di sisi lain, saya agak “deg-deg-an”, jangan-jangan warga Padangsidimpuan yang menjadi mayoritas audien lebih memahami Goenoeng Moelia dibandingkan saya sebagai narasumber,” jelas Parlindungan Pardede, yang biasa disapa dengan panggilan Pak Parlin. “Anda bisa membayangkan bagaimana rasanya membahas seorang tokoh besar di tanah kelahirannya?” beliau mengajukan pertanyaan yang tak perlu dijawab.

Dalam waktu sekitar satu jam, Pak Parlin yang juga merupakan Dekan FKIP UKI ini memaparkan perjalanan hidup Goenoeng Moelia secara sistematis. Tokoh yang lahir pada tanggal 21 januari 1896 di Padangsidimpuan itu ternyata menjalani khidupan yang cukup panjang (70 tahun), dinamis dan sarat dengan karya, pengabdian serta warisan berharga.

Kehidupan Goenoeng Moelia dibagi dalam tiga fase:  penyiapan, penerimaan tanggungjawab, dan kepeloporan. Fase pertama meliputi rentang waktu sejak dia lahir hingga menyelesaikan studi hukum di Universitas Leiden. Selama itu, dia benar-benar dipersiapkan oleh lingkungan dan pendidikan untuk kedua fase berikutnya. Fase kedua mencakup kiprahnya sebagai pendidik, aktivis Kristen, dan politisi. Fase terakhir mencakup kurun waktu 20 tahun terakhir dalam hidupnya. Selama itu, dia benar-benar menjadi pelopor (pioner) luar biasa yang memprakarsai dan mewujudkan berbagai lembaga besar dan terus berkiprah untuk mencerahkan kehidupan bangsa hingga saat ini. Lembaga-lembaga besar yang diwariskannya, antara lain: Dewan Gereja-Gereja Indonesia (DGI), yang sekarang dikenal sebagai PGI; Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia; Universitas Kristen Indonesia (UKI); dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).

UKI
UKI, Salah satu warisan Goenoeng moelia

Selain warisan berbentuk lembaga-lembaga besar, pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kehidupan mulia adalah kemampuannya membangun jejaring. Sepanjang hidupnya, dia tak henti berinteraksi dan membangun persahabatan. Sewaktu kuliah di Leiden, dia berinteraksi dengan dengan aktivis politik maupun Kristen. Ketika bekerja sebagai pendidik di Tapanuli dia juga menjalin hubungan baik dengan para pemimpin adat dan keagamaan. Oleh karena itu, dia selalu memiliki banyak sahabat untuk mewujudkan gagasan-gagasannya. “Goenoeng Moelia, tak diragukan lagi, merupakan tokoh yang sangat piawai membangun sinergi,” tegas Pak Parlin.

Selain itu, Goenoeng Moelia merupakan orang yang rendah hati. Dia selalumencegah upaya penulisan biografinya. “Kelihatannya beliau berupaya mencegah pengkultusan dirinya”, Pak Parlin mengakhiri pemaparannya. (VoE of FKIP UKI)

Catatan:

Makalah yang disajikan oleh Parlindungan Pardede dalam seminar ini dapat diunduh dari tautan yang diperoleh dengan cara meg-klik judul berikut:

Dari Tapsel untuk Indonesia: Moelia Mencerahkan Kehidupan Bangsa Melalui Pendidikan dan Gerakan Oikumene

5 respons untuk ‘Kiprah Goenoeng Moelia di Bidang Pendidikan dan Oikumene Indonesia

Add yours

  1. Goenoeng Moelia, tokoh yang sangat rendah hati, visioner, pekerja keras, inspiratif, dan berhasil meninggalkan begitu banyak warisan besar. Seandainya saja bangsa ini memiliki 5 atau 10 Goenoeng Mulia, cita cita menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar, maju dan menjadi berkat bagi dunia akan lebih cepat terwujud. Akankah UKI, sebagai salah satu warisan Goenoeng Moelia, melahirkan beberapa penerusnya dari kalangan mahasiswa? Semoga.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: