Pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 terjadi suasana yang berbeda di gedung Gereja Kerasulan Pusaka Rawaselang, Cianjur. Jika biasanya gereja yang terletak di kecamatan Palalangon itu dipenuhi jemaat untuk beribadah, Sabtu siang itu gereja dipenuhi oleh siswa dan guru SMP beserta orangtua siswa dan Pengurus Yayasan SMP Pusaka. Mereka hadir untuk mengikuti penyuluhan tentang Hybrid Learning.
Penyuluhan berbentuk seminar itu diawali oleh narasumber dengan meminta 3 orang relawan berbeda generasi tampil ke depan. Melalui perkenalan terungkap bahwa relawan pertama berusia 51 tahun; relawan kedua, 34 tahun; ketiga, 14 tahun. Ketiga relawan menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi. Melalui slide, narasumber kemudian memperlihatkan 10 logo aplikasi yang lazim digunakan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Ketiga relawan ditanyakan berapa aplikasi yang dikenal dan digunakan untuk apa. Relawan pertama mengenal 3 aplikasi, yakni facebook, WhatsApp, dan sms. Relawan kedua mengenal 6 aplikasi, yakni facebook, gmail, twiter, webcam, Instagram dan WhatsApp. Sedangkan relawan ketiga, siswa kelas 8, mampu menyebutkan nama dan kegunaan seluruh aplikasi yang ditayangkan.
Bapak Parlindungan Pardede, sang narasumber menjelaskan, “Yang baru saja kita saksikan memperlihatkan betapa akrabnya generasi muda saat ini dengan TIK. Yang lahir antara tahun 1966-1976 atau generasi X merupakan pengguna TIK secara fungsional, untuk komunikasi primer. Yang lahir antara tahun 1977-1996 atau generasi Y, juga dikenal dengan milenal, menggunakan TIK untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Yang lahir antara tahun 1997-2017 atau generasi Z tumbuh bersama TIK. Kehidupan mereka terintegrasi dengan TIK. Komunikasi, informasi, hiburan, belanja, dan aktivitas lainnya cenderung ingin dilakukan dengan TIK. Jika generasi Z, yang menjadi pelajar di sekolah dasar hingga mahasiswa saat ini begitu menyatu dengan TIK, sangat wajar dan logis untuk memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran”.
“Jika unsur-unsur terbaik dalam pembelajaran tatap muka kita padukan dengan unsur-unsur yang ditawarkan teknologi berbasis jaringan internet, itulah yang disebut hybrid learning”, papar Parlindungan Pardede ketika menjelaskan hakikat hybrid learning.
Pemanfaatan teknologi berbasis jaringan internet memberikan banyak keuntungan. Pertama, pembelajaran bisa dilakukan kapan saja dan dari mana saja. Yang dibutuhkan hanyalah jaringan internet. Kedua, dalam jaringan internet tersedia materi pembelajaran dalam jumlah hampir tak terbatas dan bentuk yang sangat variatif. Bukan hanya dalam bentuk teks tetapi juga gambar, ilustrasi, video dan animasi. Ketiga, penerapan hybrid learning membuat literasi informasi, literasi media, dan literasi TIK berkembang. Semua itu wajib dikuasai setiap individu di era dijital saat ini.
Yang tidak kalah pentingnya, menurut Parlindungan Pardede, Dekan FKIP UKI saat ini, adalah bahwa “Hybrid learning memfasilitasi pengembangan kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan memecahkan masalah, kemahiran berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama, yang dikenal dengan istilah 4Cs (Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem Solving Communication, and Collaboration)”.
Pak Dekan FKIP UKI yang akrab dipanggil Pak Parlin ini kemudian menguraikan poin-poin itu dengan Bahasa yang akrab dengan remaja (mengingat audien didominasi siswa SMP) dan memberikan contoh-contoh yang akrab di kalangan remaja. Hal ini membuat seminar ini terasa segar dan sesekali diiringi gelak tawa.
Sebelum mengakhiri paparannya, Pak Parlin menegaskan: “Mengingat begitu pentingnya pembelajaran berbasis internet, salah satu kompetensi lulusan FKIP UKI mulai saat ini adalah kemampuan menyelenggarakan online learning. Kurikulum di FKIP didisain untuk mengembangkan kemampuan ini.” Beliau menambahkan, “Oleh karena itu, siapapun yang ingin menjadi pendidik kompeten di Abad-21, silahkan kuliah di FKIP UKI”.
“Siapapun yang ingin menjadi pendidik kompeten di Abad-21, silahkan kuliah di FKIP UKI”
Kepada Pengurus Yayasan dan Kepala Sekolah SMP Pusaka, Pak Parlin berpesan agar siswa mulai difasilitasi pembelajaran berbasis jaringan internet. Oleh karena itu, penyediaan komputer yang terhubung dengan jaringan internet mendesak diwujudkan.
Menanggapi pertanyaan salah satu audien tentang kemungkinan siswa mengakses situs-situs yang tidak layak jika mereka belajar secara online, Pak Parlin menegaskan, “Karena internet bias diakses kapan dan di mana saja, tanpa melakukan hybrid learning pun siswa bisa mengakses situs-situs jorok. Yang perlu kita lakukan adalah membimbing dan memberi teladan kepada mereka. Siswa perlu disadarkan tentang pengaruh-pengaruh negatif mengakses situs berisi konten negatif”. (VoE of FKIP UKI)
Nice! Kegiatan yang sangat membangun.
SukaSuka
Trim’s Todora,
Sangat senang mengetahui Anda mengapresiasi kegiatan seperti ini.
SukaDisukai oleh 2 orang
kegiatan yang sangat bagus dan mendukung untuk lebih baik dalam berkomunikasi dan mencari informasi yang bermanfaat.
SukaSuka
That’s exactly what I feel . I agree with Mr. Pardede that “Hybrid learning facilitates the development of creativity and innovation, critical thinking and problem solving, communication skills, and collaborative skills, known as 4Cs (Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem Solving Communication, and Collaboration)”. But Hybrid learning method seems more suitable to be used as a support method only for courses that are quantitative especially needed in the addition of time to practice questions. In the course that is quantitative really required the presence of a lecturer physically in the classroom.
SukaSuka
kegiatan yang seperti ini perlu dilakukan kembalik agar setiap mahasiswa dapat mengingat bahwa pentingnya suatu pembelajaran demi masa depan
SukaSuka
Kegiatan seperti ini sangat membangun, agar mahasiswa dapat menggunakan TIK sebagai media pembelajaran yang benar.
SukaSuka
Ilmu yang sangat bermanfaat bagi mereka yang belum mengetahuinya. Nice!
SukaSuka
sangat menarik oleh siswa yang ingin tahu cara belajar online 🙂
SukaSuka
Kegiatan yang sangat menarik, beserta dengan tulisan yang dibuat penulis disini sangat detail membuat kita benar-benar memahami tentang Hybrid Learning.
SukaSuka
mengajar generasi “zaman now” memang lebih mudah dengan penggunaan internet, karena selain buku saat ini internet merupakan jendela dunia yang dapat mengakses informasi dimana dan kapan saja.
SukaSuka
I want to learn in live interaction but also like the flexibility of online learning, so the hybrid learning can give us the best of both. I get the access and flexibility of an online with the additional support and comfort of a classroom interaction along with faculty and classmates. And through this activity, people will know what the hybrid learning is, and the benefit of it, and FKIP UKI apply it in learning process.
SukaDisukai oleh 1 orang
di jaman sekarang ini memang peran teknologi sangatlah intens. apalagi sebagai media pembelajaran seperti Hybrid Learning ini. program yang sanagt membantu untuk para pelajar mau pun pengajar.
SukaSuka
Di jaman sekarang Peran teknologi sangatlah penting. Banyak media pembelajaran yg bisa kita unduh dari internet seperti buku-buku online. Guru maupun Siswa harus bisa menggunakan Teknologi dengan baik. Dan melalui kegiatan ini, orang akan tahu apa itu pembelajaran hibrida, dan manfaatnya, dan FKIP UKI menerapkannya dalam proses belajar.
SukaSuka
Fabulous👏👏👏👏
SukaSuka
Ini sangat menarik dan bermanfaat 😍😍😍😍😍
SukaSuka
Wow, hybrid Learning!
FKIP keren, bangga menjadi bagian dari mu 😇😇😊
SukaSuka
FKIP juga bangga memiliki mahasiswa yang penuh semangat dan kreatif, calon pendidik hebat, seperti Anda, Herlialan.
SukaSuka
A hybrid approach to course delivery combines face-to-face classroom instruction with online activities. During classroom instruction time, students can be engaged in authentic, collaborative learning experiences. The online components can include multimedia-enhanced content and channels for ongoing discussion. And that’s cool!!
SukaSuka